Jumat, 07 Agustus 2015
Misteri Keris dan Mitos

Tentu kita semua tahu, duet raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada selama periode 1350-1389 berhasil menyatukan nusantara lewat Sumpah Palapa yang dikumandangkan oleh Patih Gajah Mada. Bicara soal Kerajaan, tentu tak lepas dari dari budaya yang ditinggalkan maupun benda-benda pusaka yang ada. Salah satunya adalah keris.
Akibat kuatnya pengaruh kerajaan inilah, keris menjadi senjata khas di berbagai daerah di Indonesia. Dari beberapa referensi yang ada, keris memiliki makna yang dalam bagi masyarakat Jawa maupun Indonesia pada umumnya. Selain sebagai senjata, keris juga digunakan untuk simbol daerah dan simbol kekuasaan pada masa itu.
Bahkan sampai sekarang, sebagian penerus adat masih menggunakan keris sebagai sarana meneruskan adat pada keturunan mereka, terutama dalam ritual-ritual adat. Macam-Macam Keris Ki Sempu, salah satu pembuat keris asal kota Surabaya mengatakan, ada beberapa jenis keris yang ada di Indonesia. Misalnya, jenis Semenanjung atau disebut juga jenis Utara. Jenis ini, kata Ki Sempu, adalah jenis keris yang ditemukan di tanah Melayu.
Bentuk keris ini dinamakan keris Ulu Demam, mengacu pada bentuknya yang mirip orang berpelukan karena demam. Ukiran keris ini didominasi ukiran bentuk persegi empat, khas ukiran jenis keris semenanjung.
Jenis yang lain keris Pekakak. Keris ini dinamakan Pekakak karena ulunya terbuat dari tanduk atau kayu yang kemudian dibentuk seperti burung Pekakak. Salah satu ciri khas dari jenis ini adalah mata keris yang lebih panjang dari mata keris pada umumnya, karena bisa mencapai 31 luk.
Keris lainnya adalah keris Sumatra. Keris ini memiliki bentuk khas pada mata, ulu dan sarungnya. Keris model ini memiliki mata berbentuk tirus dan memanjang yang kemudian di sebut keris Panjang. Ulu keris ini berbentuk bengkok dengan ornamen bunga-bungaan sebagai hiasan.
Selain jenis keris diatas, ada beberapa jenis keris yang berasal dari pulau Jawa. Jenis keris di pulau Jawa, terlihat khas pada ulu keris yang melengkung seperti pistol. Keris ini dulunya adalah keris pusaka yang sering digunakan pada jaman kerajaan Singosari dan Majapahit. Ada beberapa keris pusaka di pulau Jawa yang terkenal, seperti pada jaman kerajaan Singosari, dengan Mpu Gandringnya.
Istilah Keris
Menurut Ki Sempu, ada beberapa istilah keris yang harus dipahami. Diantaranya angsar, dapur, pamor, perabot, tangguh, tanjeg dan beberapa istilah lainnya. Ki Sempu menjabarkannya dalam beberapa bagian.
Angsar adalah daya kesaktian yang dipercaya oleh sebagian orang terdapat pada sebilah keris. Daya kesaktian atau daya gaib itu tidak terlihat, tetapi dapat dirasakan oleh orang yang percaya. Angsar dapat berpengaruh baik atau positif, bisa pula sebaliknya.
Pada dasarnya, semua keris berangsar baik. Namun, tidak semuanya cocok bagi semua orang. Misalnya, keris yang angsarnya baik untuk seorang prajurit, kemungkinan besar tidak akan cocok bagi pedagang, Keris yang angsarnya baik untuk seorang pemimpin yang punya banyak anak buah, tidak sesuai bagi pegawai berpangkat rendah.
"Untuk mengetahui angsar keris, diperlukan ilmu tanjeg. Sedangkan, untuk mengetahui cocok dan tidaknya seseorang dengan keris, diperlukan ilmu tayuh," ujar Ki Sempu.
Istilah lain yang terkenal dalam keris adalah dapur. Dapur adalah istilah yang digunakan untuk menyebut nama bentuk al bilah keris. Orang yang telah paham akan langsung tahu, bentuk keris yang seperti apa yang dimaksud. Misalnya, Sabuk Inten, yang berarti keris tersebut ber luk sebelas.
Masyarakat Jawa mengenal lebih dari 145 macam dapur keris. Dari jumlah itu, yang dianggap sebagai dapur keris yang baku atau mengikuti pakem hanya sekitar 120 macam saja. Bahkan dalam Serat Centini, disebutkan ada pedoman dapur keris yang sudah pakem.
Misalnya, keris lurus ada 40 macam dapur. Keris luk tiga ada 11 macam. Keris luk lima ada 12 macam. Keris luk tujuh ada 8 macam. Keris luk sembilan ada 13 macam. Keris luk sebelas ada 10 macam. Keris luk tigabelas ada 11 macam. Keris luk limabelas ada 3 macam. Keris tuk tujuhbelas ada 2 macam. Keris luk sembilan belas, sampai luk duapuluh sembilan masing-masing ada semacam.
Dalam istilah keris, juga dikenal Luk. Istilah ini digunakan untuk bilah keris yang tidak lurus, dan berkelok atau berlekuk. Luk sebuah keris selalu ganjil. Hitungannya mulai luk tiga, sampai luk tigabelas, untuk ukuran keris normal. Jika luknya lebih dari 13, dianggap sebagai keris yang tidak normal, dan disebut keris kalawijan atau palawijan.
Irama luk keris juga dibagi menjadi tiga golongan. Pertama, luk yang kemba atau samar. Kedua, luk yang sedeng atau sedang. Dan ketiga, luk yang rengkol, luk yang iramanya tegas.
Bagi masyarakat Jawa, ada istilah mas kawin atau mahar. Istilah ini muncul karena adanya kepercayaan masyarakat bahwa isi sebilah keris harus cocok atau jodoh dengan pemiliknya. Jika isi keris itu jodoh, si pemilik akan mendapat keberuntungan, sedangkan kalau tidak maka kesialan yang akan diperoleh. Bagi yang merasa cocok, maka masyarakat biasanya akan memberikan mahar atau mas kawin terhadap sebuah keris.
Sebutan lain dalam keris adalah mendak atau cincin keris. Istilah mendak berlaku di Pulau Jawa, Bali, dan Madura. Mendak hampir selalu dibuat dari bahan logam, seperti emas, perak, kuningan, atau tembaga. Banyak di antaranya yang dipermewah dengan intan atau berlian.
Bagi masyarakat Jawa, memiliki keris sama juga dengan memiliki pamor. Pamor sendiri dalam istilah keris ada 3 pengertian. Yakni menyangkut bahan pembuatannya; misalnya: pamor meteorit, pamor Luwu, pamor nikel, dan pamor sanak. Yang kedua adalah soal bentuk gambaran atau pola bentuknya. Misalnya: pamor Ngulit Semangka, Beras Wutah, Ri Wader, Adeg, dan sebagainya. Ketiga, teknik pembuatannya. Mengupas tentang istilah keris memang sangat banyak. Apalagi keris ibarat kitab hidup bagi masyarakat Jawa. Sebilah keris akan membuat masyarakat Jawa mendapatkan banyak filosofi hidup dan sebagai bentuk pelestarian pusaka dan budaya bangsa.
Ki Sempu mengatakan, keris memiliki banyak simbolisasi kehidupan masyarakat Jawa. Sebagai pusaka, keris mengandung doa, gambaran dan cita-cita. Maknanya juga berbeda, tergantung pada kegunaannya.
Untuk bisa memiliki keris berkaromah tentu bukanlah pekerjaan mudah. Ada beberapa cara yang biasanya dilakukan oleh masyarakat. Diantaranya lewat laku kungkum (berendam) maupun bertapa atau semedi, meminta petunjuk dari Yang Maha Kuasa.
Biasanya, meski sudah melakukan semedi atau laku kungkum lainnya, belum tentu akan mendapatkan keris yang sesuai dengan karakter dan jiwa. Sebenarnya ada cara lain dengan memakai mahar. Namun cara instan ini, hanya akan mendapatkan keris yang tidak berisi atau berkaromah.
Makna keris juga terdapat dalam luk atau lekukannya. Misalnya keris dengan luk 17. Keris ini merupakan wejangan atau petuah, agar manusia senantiasa jujur, lurus, kuat dan bijaksana. Sedangkan keris dengan luk 1, mengandung makna, orang hidup harus memiliki semangat untuk melayani sesama
Besarnya makna yang terkandung dalam sebilah keris, tugas terberat adalah merawat keris tersebut. Ki Sempu menerangkan, ada beberapa cara yang lazim digunakan dalam adat Jawa. Yak meminyaki keris setiap malam Jumat Legi atau Kliwon, dengan kenanga, melati, cendana.
Keris juga dimandikan pada malam satu Suro (Muharram) dengan menggunakan air lerak atau bunga setaman. Setelah dimandikan, keris dikeringkan, sebelum diberi minyak, Untuk keris yang sudah kotor, biasanya dibersihkan dengan jeruk nipis diatas pedupaan kemenyan atau dupa, Tujuannya ngiir pumni keris terpancar.
Satu larangan dalam tradisi Jawa soal kirll adalah tidak boleh dlbawa ke kamar mandi atau wc, dilangkahi, dijadikin iitu din|in pusaka lainnya, sirta tidak boleh dipamerkan, Jlki Ini dilakukan, bisa mambuat pamor keris menjadi pudar dan tidak memiliki karomah lagi.
Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Label:Misteri
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
0 komentar:
Posting Komentar