Jumat, 19 Juni 2015
Taubat Dari Ilmu Kebal & Kebatinan Karena ‘Ayam Sakti’

Disitulah perlahan-lahan saya mulai sadar bahwa yang saya jalani adalah sesat dan menyesatkan.
Awalnya (sekitar 12 tahun yang lalu), saya ingin menguji ilmu tenaga dalam yang telah saya dapatkan dari guru saya, seorang Kyai besar yang telah menyesatkan saya. Aliran kebatinan dan tenaga dalam yang saya ikuti bermuara kpd tariqat Al Qadiriyah (nisbat kepada Syaikh Abdul Qadir al Jailani). Bertahun-tahun saya terperosok dalam tariqat tersebut. Saksi-saksinya masih ada sampai sekarang, dari orangtua, adik saya sampai teman-teman dekat saya (kalau tidak percaya bisa tanya ke mereka).
Setelah saya diisi ilmu tenaga dalam, saya sempat diuji dengan pedang dan golok yang sangat tajam sekali dengan memukulkannya ke kulit saya dengan keras dan mengoyaknya, namun tidak melukai tubuh saya. Ana juga disuruh berwudhu dengan air keras, dan tidak terjadi sesuatu yang memudharatkan pada diri saya, padahal uang logam saja melebur tatkala dimasukkan ke dalam air tersebut, serta ujian-ujian lainnya. Setelah saya merasa yakin akan ilmu yang telah saya miliki, saya pun penasaran ingin menguji sendiri secara diam-diam. Hingga akhirnya saya mendapat ide untuk mengujinya ke seekor ayam jago.
Waktu itu di daerah saya terdapat seekor ayam jago yang terkenal galak sekali dan sering menggangu dan mematuk orang-orang, sehingga banyak orang yang takut mendekati ayam tsb. Ayam tersebut cocok untuk dijadikan sasaran dari ilmu tenaga dalam yang telah saya miliki. Terhadap ayam itu, saya mencoba mengeluarkan ilmu kebal dari serangan musuh (yaitu ayam) yang kemudian ayam tersebut akan saya serang dengan hentakan jarak jauh sehingga kemungkinan besar ayam tersebut akan terpental jauh akibat hentakan yang saya keluarkan. Akhirnya saya dekati perlahan-lahan ayam tersebut, sambil menantang maut. Setelah dekat, barulah ayam tersebut saya ganggu biar marah.
Ayam itu pun marah, dan ambil kuda-kuda untuk siap-siap menyerang saya. Ana juga mempersiapkan kuda-kuda sambil tarik nafas dalam-dalam dan siap untuk mengeluarkan ilmu yang saya miliki. Ketika jarak saya dengan ayam itu sudah sangat dekat, saya hentakkan tenaga dalam yang ada dalam diri saya ke arah ayam itu, dengan harapan ayam itu akan terhentak dan terpental jauh akibat dari tenaga dalam yang saya keluarkan (mirip sekali dengan adegan yang di pilem2 pendekar atau dragon ball).
Tapi ternyata…tenaga dalam yang saya keluarkan tidak mempan terhadap ayam itu. Ayam itu tetap berlari menuju saya dan semakin mendekati saya hingga akhirnya ayam itu berhasil mematuk kaki saya dengan sangat keras. Spontan saya kesakitan, tapi ayam itu tetap terus mematuk-matuk kaki saya hingga akhirnya saya berhasil mengeluarkan jurus terakhir, yaitu jurus kaki seribu (kabuurrr….!!).
Itulah awal penyebab saya keluar dari aliran yang menyesatkan. Kenapa bisa mempan dipatuk ayam? padahal ketika dicoba dengan senjata tajam, air keras tidak mempan ke saya?
Setelah saya kabur dari ayam itu, saya mulai berpikir, apa hikmah dari kejadian ini? Kejadian tersebut saya ceritakan kepada guru saya. Guru saya dengan ringannya menjawab, “Berarti kamu lagi sial hari itu”. Ana bertanya lagi, “Bagaimsaya cara mengetahui sial tidaknya kita pada hari itu?” Guru saya menjawab, “Tidak bisa diketahui, hanya Allah yang tahu.” Ana bertanya dalam hati (karena tidak berani banyak bertanya pada sang guru, apalagi membantah dan mengkritisi), “Kalau tidak bisa diketahui sial tidaknya kita pada hari itu dan hanya Allah yang mengetahui, untuk apa saya bersusah payah mempelajari ilmu-ilmu seperti ini? Toh nanti jika ilmu ini tidak bermanfaat, maka alasannya pasti kamu sedang sial. Bagaimsaya kalau sialnya setiap hari? Berarti ilmu ini tidak ada manfaatnya?!”
Ya, itu menunjukkan bahwa semua itu tidak ada manfaatnya, bahkan menyelisihi ajaran Islam. Seandainya hal tersebut memiliki manfaat, niscaya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat-sahabatnya pasti akan melakukannya. Tapi kenyataannya tidak. Giginya Rasulullah pernah patah dan berdarah akibat terkena lemparan batu saat berjihad di perang Uhud. Kakinya Rasulullah juga pernah cidera karena jatuh dari kuda. Umar bin Khatthab tewas akibat ditikam dengan senjata tajam, begitu juga Utsman, Ali, dan banyak sahabat yang mati syahid karena berjihad.
guru saya adalah seorang kyai besar dan terkenal di daerahnya, yaitu Kemang jakarta. Setiap hari banyak didatangi orang dari msaya-msaya. Dan saya termasuk salah seorang murid yang dekat dengannya.
Setelah saya taubat, buku-buku dan catatan-catatan yang pernah saya miliki dari belajar ilmu tenaga dalam dan kebatinan, saya bakar semua, karena di dalamnya banyak terdapat mantra-mantra atau wirid/hizib untuk sihir (seperti untuk pengasihan, kebal, hipnotis, dan khasiat-khasiat lainnya). Begitu juga jimat-jimat yang sempat saya miliki, saya buang ke sungai dan dibakar habis. Tidak ada yang tersisa semuanya.
Adapun untuk amalan-amalan seperti bacaan atau wiridan yang harus diamalkan setiap harinya (wiridan yang saya baca waktu itu minimal 2 jam perhari, non stop. Pemsayasannya dengan cara kirim Al Faithah ke banyak tujuan, ke Nabi, Sahabat, Wali, ulama, sampai ke para malaikat. Bahkan kalau sedang mengamalkan sebuah ilmu, ada tambahan wiridan yang jumlahnya sangat banyak, bisa mencapai ribuan, seperti membaca surat al ikhlas atau ayat kursi setiap hari 5000x dalam keadaan puasa), semua amalan2 seperti itu saya tinggalkan begitu saja dan tidak pernah amalkan sampai sekarang.
Alhamdulillah, akhirnya semuanya hilang dengan sendirinya. Tidak ada efek dan akibat sama sekali dari apa yang pernah saya amalkan. Semoga Allah senantiasa memberi kita hidayah-Nya.
Oleh : Abu Fahd Negara Tauhid (semoga Allah ta’ala menjaganya)
Label:Misteri
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
0 komentar:
Posting Komentar